aku ingat ketika aku berkata tidak padahal sesungguhnya iya mengejang menuntut haknya. kuharap kau tahu, di saat itulah aku berbohong padamu, bubu. tentang perasaan mengakhiri ini semua. meradangkan memori sesuatu.
*
sesuatu yang pernah kuperjuangkan untuk seorang kamu, bukan kamu bubu, aku berbicara mengenai kakak kelasku, 10 tahun yang lalu. 3 tahun aku menantinya. tanpa kepastian. tanpa pernah mau tahu apa yang dia hadiahkan bagi semua ketulusan kasih sayang. yang aku sendiri tak mengerti apakah rasa kasih sayang itu. aku hanya merasa. bukan satu kesalahan kupikir. lalu, mengapa mukanya yang tak suka sering mendaratkan senyum kecut di hadapanku? anggap saja aku lelaki yang menyukaimu dan kau tak suka. ah, aku baru sadar, kau juga pasti akan memperlakukan lelaki-lelaki malang itu dengan cara seperti ini. dijauhi, dicemberuti, dikacangin semoga tidak disambali. tapi kalau begitu, analisamu mungkin bisa sampai kalau kukatakan jika perasaanku sama, sama seperti lelaki yang menyukaimu dan kau tak suka. tapi mungkin kalimat yang cocok bagimu padaku adalah seorang adik kelas berwajah lumayan imut (pengakuan temanku), tidak terkenal tapi mengenalimu, tergila-tergila pada sikap cuekmu, judesmu, masuk ke salah satu ekskul karena dirimu juga anggota disana dan seseorang yang berjenis kelamin perempuan sepertimu. bagian terakhir mungkin terlalu berat. seberat aku menanggung perasaan ini. ingin menghancurkan tapi malah dihancurkan. ingin membinasakan malah ikut binasa. ingin dicintai malah menambah daftar satu benci bukan cinta.
*
cinta, terimakasih . untuk semburan tatapan caci maki dan hinaan sepanjang 2 tahun satu sekolah dengannya. jadi seperti ini balasanmu, cinta. padahal aku hanya mengikuti kata hatiku, yang katanya tangan kananmu, cinta. atau dia juga berperan sebagai tangan kirimu yang menyampaikan berita bahwa cinta bisa membuatmu melayang sekaligus sedetik kemudian menjatuhkanmu ke dalam pelukan bumi, ditelan hidup-hidup dan dimuntahkan kembali. masih bernafas tapi tak pernah tahu untuk apa nafas diciptakan. begitulah pengalaman pertamaku mendengarkan cinta dalam hidupku. menunggu. satu hal, ingin kukatakan padamu, cinta. satu hal, cinta. menunggu itu. menunggu itu. menunggu itu sama dengan. bodoh. bodoh, cinta. sama seperti waktu itu menunggu bubu.
*
"bubu, kita break aja ya."
seandainya ada jangkrik di cafe ini, mungkin dia akan berbunyi yang paling nyaring. aku sadar, tidak ada pernah percakapan ramai ketika dua insan yang katanya dimabuk cinta ini sedang berdua-duaan. aku juga heran terkadang. aku yang biasanya begitu "meriah" menjadi diam tak terkendali. lidah ini seperti kehilangan kode-kode untuk bekerja. semua begitu tak bersahabat. ingin memberikan yang terbaik malam menjadi kebalikannya. katanya cinta, tapi kenapa menjadi serba salah. menjadi tidak nyaman menceritakan padamu apapun. kalau sayang, kenapa aku tidak bisa menjadi diriku yang sebenarnya. atau memang begitu ketika kalian jatuh cinta? semua organ begitu kompak mematikan setiap potensi keindahan yang aku punya padahal ingin menunjukkan kebolehannya.
"ya udah, keep contact ya."
mungkin bukan itu jawaban yang tepat, bubu. tapi itu juga bukan jawaban yang salah.
*
sesuatu yang pernah kuperjuangkan untuk seorang kamu, bukan kamu bubu, aku berbicara mengenai kakak kelasku, 10 tahun yang lalu. 3 tahun aku menantinya. tanpa kepastian. tanpa pernah mau tahu apa yang dia hadiahkan bagi semua ketulusan kasih sayang. yang aku sendiri tak mengerti apakah rasa kasih sayang itu. aku hanya merasa. bukan satu kesalahan kupikir. lalu, mengapa mukanya yang tak suka sering mendaratkan senyum kecut di hadapanku? anggap saja aku lelaki yang menyukaimu dan kau tak suka. ah, aku baru sadar, kau juga pasti akan memperlakukan lelaki-lelaki malang itu dengan cara seperti ini. dijauhi, dicemberuti, dikacangin semoga tidak disambali. tapi kalau begitu, analisamu mungkin bisa sampai kalau kukatakan jika perasaanku sama, sama seperti lelaki yang menyukaimu dan kau tak suka. tapi mungkin kalimat yang cocok bagimu padaku adalah seorang adik kelas berwajah lumayan imut (pengakuan temanku), tidak terkenal tapi mengenalimu, tergila-tergila pada sikap cuekmu, judesmu, masuk ke salah satu ekskul karena dirimu juga anggota disana dan seseorang yang berjenis kelamin perempuan sepertimu. bagian terakhir mungkin terlalu berat. seberat aku menanggung perasaan ini. ingin menghancurkan tapi malah dihancurkan. ingin membinasakan malah ikut binasa. ingin dicintai malah menambah daftar satu benci bukan cinta.
*
cinta, terimakasih . untuk semburan tatapan caci maki dan hinaan sepanjang 2 tahun satu sekolah dengannya. jadi seperti ini balasanmu, cinta. padahal aku hanya mengikuti kata hatiku, yang katanya tangan kananmu, cinta. atau dia juga berperan sebagai tangan kirimu yang menyampaikan berita bahwa cinta bisa membuatmu melayang sekaligus sedetik kemudian menjatuhkanmu ke dalam pelukan bumi, ditelan hidup-hidup dan dimuntahkan kembali. masih bernafas tapi tak pernah tahu untuk apa nafas diciptakan. begitulah pengalaman pertamaku mendengarkan cinta dalam hidupku. menunggu. satu hal, ingin kukatakan padamu, cinta. satu hal, cinta. menunggu itu. menunggu itu. menunggu itu sama dengan. bodoh. bodoh, cinta. sama seperti waktu itu menunggu bubu.
*
"bubu, kita break aja ya."
seandainya ada jangkrik di cafe ini, mungkin dia akan berbunyi yang paling nyaring. aku sadar, tidak ada pernah percakapan ramai ketika dua insan yang katanya dimabuk cinta ini sedang berdua-duaan. aku juga heran terkadang. aku yang biasanya begitu "meriah" menjadi diam tak terkendali. lidah ini seperti kehilangan kode-kode untuk bekerja. semua begitu tak bersahabat. ingin memberikan yang terbaik malam menjadi kebalikannya. katanya cinta, tapi kenapa menjadi serba salah. menjadi tidak nyaman menceritakan padamu apapun. kalau sayang, kenapa aku tidak bisa menjadi diriku yang sebenarnya. atau memang begitu ketika kalian jatuh cinta? semua organ begitu kompak mematikan setiap potensi keindahan yang aku punya padahal ingin menunjukkan kebolehannya.
"ya udah, keep contact ya."
mungkin bukan itu jawaban yang tepat, bubu. tapi itu juga bukan jawaban yang salah.
Komentar
Posting Komentar