Langsung ke konten utama

membaca sang alkemis ; paulo coelho

saya percaya akan pertanda.

saya selalu percaya akan cinta.

saya terkadang terlalu mengikuti hati saya. begitu teman-teman yang lebih berlogika berkata. terlihat lemah. tak punya apa-apa. apalagi ketika cinta begitu membuat menderita. terlihatnya. sampai-sampai saya bingung juga. pernah menunggu cinta yang sudah tidak mungkin terbalas selama 3 tahun. berpindah ke cinta lain dan tetap menunggu selama 2 tahun. terus dan terus, terjadi. sampai saya lupa bagaimana rasanya dicintai. karena mungkin, level saya mencintai begitu tinggi dan pengharapan cinta itu kembali (dicintai) itu pun sama rupanya. hingga saya tak bisa melihat sebuah nilai dicintai yang sedang atau sudah tumbuh sejak dulu untuk saya. maka ketika saya mendapatkannya dari seorang perempuan yang saya cintai, saya selalu merasa kurang. ternyata cintanya terlalu kurang untuk saya. dan itu berlaku selama hampir 6 bulan hubungan pertemanan dekat kami berdua. dan di tengah segala ujian yang ada, saya hanya selalu melihat kurang untuk apa-apa yang dia telah beri. dan ternyata kembali, cinta hanya membawa derita, pikir saya. tapi saya tak tahu mengapa, buat saya, sebagai seorang yang pertama kali rasa cintanya sampai kepada hati saya, perempuan ini memiliki tempat spesial sekali dalam hidup saya. bahkan beribu kali saya coba melupakan segala kebaikannya. saya selalu dihadapkan kembali kepada kenyataan bahwa dia memiliki hal lain yang perlu saya pelajari, saya jadikan media untuk belajar.

hari ini, setelah berbincang-bincang sedikit dengan teman saya di sarana chatting, saya menemukan oase kembali untuk menyiram harapan-harapan. kemudian, tak lama, saya bertemu dengan buku Sang Alkemis ; the alchemist by paulo coelho. saya sering terjebak euforia. tapi untuk kali ini, saya sangat gembira karena saya menemukan kata-kata ini.

"katakan pada hatimu bahwa takut menderita itu lebih buruk daripada menderita itu sendiri. dan bahwa tidak ada hati yang pernah menderita saat ia mengejar mimpi-mimpinya, karena setiap detik dari pencarian itu adalah detik perjumpaan dengan Tuhan dan dengan keabadiaan."

demikianlah, pertanda-pertanda itu berbicara. dengan cara yang tak pernah tahu. Tuhan tahu hamba-hamba yang mencariNya. maka Ia akan selalu sediakan jalan bagi mereka. dan saya percaya itu. sangat percaya. :)


life is happi ; waks! udah jam 11! hhhmmm...menunggu pertanda buat tidur. hooooaaaahhhmmmm...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makan Malam Menu Terong Balado

tentang hidup. semua mengalir begitu saja hingga hari ini. hampir 3 tahun tanpa mama dan papa. mengalir begitu saja.  yang terlintas malah tentang makan malam bersama berpuluh tahun lalu. menu favoritku, terong balado, doa sebelum makan kubacakan, tentunya mama dan papa. tradisi makan malam ini entah kapan mulai tidak berjalan, sepertinya ketika papa mulai sering kerja di luar daerah, sering tidak pulang entah berapa hari kemudian. sering kutanyakan setiap kali dia telepon, kapan papa pulang? papa, selalu jadi pria pertama yang kuposesifkan bahkan hingga hari ini. yah, kurasa sejak saat itu, sejak kami pindah juga ke jalan yang baru. berjalan waktu, aku dan mama pindah terlebih dahulu ke bogor sementara papa masih jauh di sebrang pulau. setahun setelahnya baru papa bergabung bersama, namun aku sudah tenggelam dalam umur pubertas, pulang selalu malam, sibuk extrakurikuler, kemudian kuliah di luar kota, kemudian kerja di luar kota dan semakin tidak pernah ada acara makan malam itu. k...

pagi dan kebisingannya

sibuk sekali pikiran ini berlari-larian kesana kemari. penuh rasanya namun ketika dituangkan dalam tulisan, hilang. bayang-bayang masa depan kadang begitu pekat lekat, beraroma mimpi. bahwa suatu hari aku dan dirinya di suatu hunian damai di santorini. dibangunkan sinar matahari pagi yang didamba semua orang, tanpa bising kendaraan-kendaraan yang dinaiki bangsat-bangsat tak punya otak. betapa mengerikan, kan? pagi bisa menjadi racun dalam pikiran, fisik sekalian. yah, tapi apa mau dikata, jika kantongmu lebih rasional dari mimpi-mimpi bertaraf internasional. kembali menginjak tanah yang sama, yang basah oleh hujan, yang padanya pernah ada tangan-tangan hangat mencoba menanam sesuatu atau melempar apapun yang ada di genggamannya. lalu, kemana pagi-pagi santorini itu? menguap bersama asap tak berkesudahan dan kewajiban bangun pagi yang begitu menyesakkan. sampai mana akan bertahan? jika yang diharapkan hanya secangkir kopi, muka bantal, senyuman manis dan udara pagi dari laut yang membi...

Pengalaman Menyiram

Sudah hari senin kembali, tengah bulan, "I hate Monday", "I do love Monday". Banyak sebutannya tapi buat gue hari senin sama seperti hari-hari lainnya. I mean monday is just like sunday. Holiday. Hehe. Secara status belum berubah sejak akhir bulan Januari. Ok. Gak penting dibahas. Selain mencoreng dunia persilatan harga diri juga ikut menyesakkan dada mengingat kantong semakin menipis. Xixixi :D. Tapi setidaknya ada hal barulah yang nyangkut di otak gue. Sedikit berbau-bau filosofis bersifat empiris (berat beut!).Wkakakaa...Lanjot. Perenungan itu terjadi! Hallahh...Dimulai ketika handuk mulai melingkar di leher, kaki menuruni tangga dan mata sudah terang benderang bagaikan surga (cem tau aja surga kek apa). Terus tiba-tiba di tengah perjalanan (kesannya jauh), mama memanggil dan meminta gue untuk menyiram tanaman di beranda depan. Pekerjaan baru. Maklum, sudah berapaaa...(*thinking mode on) hari, bukan, minggu, juga tidak, bulan, boro-boro, tapi tahunan kali yaa. Se...