sampai juga kita di diri kita yang paling ku tunggu. lingkaran itu benar-benar ada di titik kembali. 10 tahun penantian yang pas. tahun ke -10 aku mengirimkan selembar kertas berisi ucapan selamat ulang tahun bagimu. kau menerimanya tidak, sayangg? mudah-mudahan kau terima. ada gambar terkahir yang sengaja kubuatkan khusus untukmu. dan gambar tahun ini adalah sebuah pohon yang telah ranum oleh buah. siap dipetik. seperti diriku saat ini. siap bertemu denganmu. dan Tuhan mendengarkan doaku.
"Flor?"
sapaan yang awalnya kuanggap biasa. kupikir mungkin hanya teman lama. kurasa hanya seorang yang coba mengenalku lebih dalam. tapi ini di negeri orang lain. hanya sedikit yang mengenalku. walaupun ada beberapa hasil karyaku terpampang di pameran foto ini. tapi aku yakin tak banyak orang yang benar-benar mengenalku. kecuali orang yang tahu siapa diriku. acara belum dimulai. perkenalan peserta pameran juga belum dilaksanakan. ku kira hanya Hans, sanga ketua panitia pameran dan Rani, sang asistan, yang menjemputku tadi malam di bandara. hanya 2 orang itu. ah, mungkin Rani. suara perempuan yang menyapaku. dan sedikit sentuhan di pundakku. terpaksa kuhadapkan mukaku padanya. padahal aku sedang mengagumi kembali, 3 karya isengku yang berhasil masuk ke pameran ini dan menjadi begitu sangat besar ukurannya. tidak hanya selama ini yang hanya dapat kupandangi dari layar 12" inchi laptopku. siapakah orang ini? berani mengusik keintimanku dengan buah hasil karyaku.
"Ya ?"
ya. inilah waktu yang tepat mengatakan syukur yang tak terkira. seandainya tidak ada gravitasi, ah, aku merasa tidak di bumi sekarang. mimpi apa ini? bukan tadi malam. tapi pagi ini. di sebuah gedung. di suatu pagi. di saat semua harapan sudah melepuh, lepas. kekosongan mulai mengisi relung hati yang selama ini sesak. naik terus hingga nafas begitu sangat lega. sepertinya ikatan-ikatan bertahun itu hilang dalam sedetik. dan memang harus disini. di tempat ini. di hadapan anak-anakku, foto-fotoku. aku cuma bisa terdiam. karena rindu ini begitu nyata. nyata menjulang di depanku dan menyapaku.
"Flor ? ini betul kamu, kan?"
"Iya. aku Flor. bubu? is that you?"
"Hahahaa...Flor-ku. kamu tidak berubah. masih memanggilku bubu."
bubu. cuma nama itu. ya, benar. aku cuma mengenal nama bubu untuk satu orang dalam hidupku. dan setelah bertahun-tahun, dia muncul kembali. di sini. saat ini. di depanku.
"Flor. apakabar kamu?"
tanpa menungguku. kau hadiahkan sebuah pelukan. pelukan yang sama. wangi yang sama. hangat dan wangi. seharusnya kau yang mendapat kado. lalu, mengapa sekarang aku yang berbahagia? kau berbahagia tidak, bubu?
"Flor?"
sapaan yang awalnya kuanggap biasa. kupikir mungkin hanya teman lama. kurasa hanya seorang yang coba mengenalku lebih dalam. tapi ini di negeri orang lain. hanya sedikit yang mengenalku. walaupun ada beberapa hasil karyaku terpampang di pameran foto ini. tapi aku yakin tak banyak orang yang benar-benar mengenalku. kecuali orang yang tahu siapa diriku. acara belum dimulai. perkenalan peserta pameran juga belum dilaksanakan. ku kira hanya Hans, sanga ketua panitia pameran dan Rani, sang asistan, yang menjemputku tadi malam di bandara. hanya 2 orang itu. ah, mungkin Rani. suara perempuan yang menyapaku. dan sedikit sentuhan di pundakku. terpaksa kuhadapkan mukaku padanya. padahal aku sedang mengagumi kembali, 3 karya isengku yang berhasil masuk ke pameran ini dan menjadi begitu sangat besar ukurannya. tidak hanya selama ini yang hanya dapat kupandangi dari layar 12" inchi laptopku. siapakah orang ini? berani mengusik keintimanku dengan buah hasil karyaku.
"Ya ?"
ya. inilah waktu yang tepat mengatakan syukur yang tak terkira. seandainya tidak ada gravitasi, ah, aku merasa tidak di bumi sekarang. mimpi apa ini? bukan tadi malam. tapi pagi ini. di sebuah gedung. di suatu pagi. di saat semua harapan sudah melepuh, lepas. kekosongan mulai mengisi relung hati yang selama ini sesak. naik terus hingga nafas begitu sangat lega. sepertinya ikatan-ikatan bertahun itu hilang dalam sedetik. dan memang harus disini. di tempat ini. di hadapan anak-anakku, foto-fotoku. aku cuma bisa terdiam. karena rindu ini begitu nyata. nyata menjulang di depanku dan menyapaku.
"Flor ? ini betul kamu, kan?"
"Iya. aku Flor. bubu? is that you?"
"Hahahaa...Flor-ku. kamu tidak berubah. masih memanggilku bubu."
bubu. cuma nama itu. ya, benar. aku cuma mengenal nama bubu untuk satu orang dalam hidupku. dan setelah bertahun-tahun, dia muncul kembali. di sini. saat ini. di depanku.
"Flor. apakabar kamu?"
tanpa menungguku. kau hadiahkan sebuah pelukan. pelukan yang sama. wangi yang sama. hangat dan wangi. seharusnya kau yang mendapat kado. lalu, mengapa sekarang aku yang berbahagia? kau berbahagia tidak, bubu?
Komentar
Posting Komentar