Sudah hari senin kembali, tengah bulan, "I hate Monday", "I do love Monday". Banyak sebutannya tapi buat gue hari senin sama seperti hari-hari lainnya. I mean monday is just like sunday. Holiday. Hehe. Secara status belum berubah sejak akhir bulan Januari. Ok. Gak penting dibahas. Selain mencoreng dunia persilatan harga diri juga ikut menyesakkan dada mengingat kantong semakin menipis. Xixixi :D. Tapi setidaknya ada hal barulah yang nyangkut di otak gue. Sedikit berbau-bau filosofis bersifat empiris (berat beut!).Wkakakaa...Lanjot.
Perenungan itu terjadi! Hallahh...Dimulai ketika handuk mulai melingkar di leher, kaki menuruni tangga dan mata sudah terang benderang bagaikan surga (cem tau aja surga kek apa). Terus tiba-tiba di tengah perjalanan (kesannya jauh), mama memanggil dan meminta gue untuk menyiram tanaman di beranda depan. Pekerjaan baru. Maklum, sudah berapaaa...(*thinking mode on) hari, bukan, minggu, juga tidak, bulan, boro-boro, tapi tahunan kali yaa. Serius! Setahun kali ya. Xixixixi. Akhirnya kebagian tugas menyiram juga.
Dengan berbaik hati nyokap menunjukkan cara menyiram yang benar. Bahwa ketika panas matahari yang sedang jatuh menghujam bumi dan mengenai tumbuhan di dalam pot (LEBAY!) maka siramnya jangan sampe kena daunnya. Nanti kebakar. Jadi inget vampire kalo begini jadinya. Masak sih?! Benar gak sih?! Tanyakan uncle Google! Tapi berhubung gue lagi konsentrasi menyiram dan mencoba menjadi anak yang baik, dengan segala kekuatan (bulan) hati gue melakukan seperti yang dicontohkan oleh sang mama. Udah lama juga gk belajar biologi. Bodoh beut dah. Yang penting beres. Oya, baru sadar kalo beranda depan sekarang lebih rapih dan tampak menawan dengan hijaunya daun-daun tak bernama (sumpah! gue gak tahu itu nama tanamannya! dan pas gue tanya ke nyokap dia juga gak tahu! DOENG! xixixixi). Jadi kuresmikan saja namanya menjadi daun-daun tak bernama.
Ketika menyiram daun-daun tak bernama itu, gue banyak berdiam dan akhirnya terbawa merenung. Tetap berusaha menapaki alam sadar dengan berkonsentrasi ke pekerjaan gue, otak gue jadi terkorelasi oleh beberapa pemikiran, yaitu :
1. Bahwa ketika gue melakukan kegiatan siram menyiram tersebut, sebuah kesimpulan menarik menari di alam pikiran gue. Betapa gue hati-hatinya menyiram tanaman yang nyokap udah rawat-rawat baik-baik. Gue melakukan persis seperti yang nyokap instruksikan. Hal ini membuat gue sedikit tersentak ketika membandingkan dengan sebuah pola kerja ketika kita bekerja di sebuah perusahaan. Gue tuh kadang suka sebel kalo ngeliat bos-bos sebuah perusahaan yang kadang suka semena-mena dalam memberi perintah. Padahal tujuannya satu, untuk kemajuan perusahaan tentunya. Nah berkaca dari kegiatan menyiram gue tadi, bahwa ketika sudah komitmen untuk bekerja di sebuah perusahaan maka sejak itu pula kita sudah berkomitmen untuk sama-sama memajukan perusahaan itu. Tentunya tanpa mengesampingkan hak dan kewajiban kita. Tapi intinya adalah ketika bekerja dengan hati kita, menghargai usaha orang yang sudah membangun citra baik perusahaan itu adalah dengan cara ikut berpartisipasi aktif secara positif untuk perusahaan itu juga dan demi kesuksesan bersama juga. Dan percayalah, kita pasti kecipratan untungnya juga. Jiahh! Teori sih memang. Tapi gapapalah, setidaknya gue sudah mulai memahami apa arti bekerja sebenarnya. Bekerjalah dengan otak dan hatimu. Sehingga akhirnya ada aura positif yang masuk ke dalam tubuh serta jiwamu dan mungkin secara gak sadar kamu bisa menularkannya kepada orang-orang di sekitarmu. Menjaga kesuksesan yang sudah ada dan kalau perlu mengembangkannya. Mengapa tidak? Seperti gue berhati-hati menyiram tumbuhan-tumbuhan itu dengan tujuan supaya ikut terus membuatnya tumbuh dengan baik dan itu sesuai dengan apa yang nyokap gue suruh. Dan berharap apa yang gue siram nantinya juga mampu menghasilkan tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik pula seperti yang pernah nyokap lakukan. Mudah-mudahan ngerti ya...Hoho..gue aja bingung! Hahahaha...
Perenungan itu terjadi! Hallahh...Dimulai ketika handuk mulai melingkar di leher, kaki menuruni tangga dan mata sudah terang benderang bagaikan surga (cem tau aja surga kek apa). Terus tiba-tiba di tengah perjalanan (kesannya jauh), mama memanggil dan meminta gue untuk menyiram tanaman di beranda depan. Pekerjaan baru. Maklum, sudah berapaaa...(*thinking mode on) hari, bukan, minggu, juga tidak, bulan, boro-boro, tapi tahunan kali yaa. Serius! Setahun kali ya. Xixixixi. Akhirnya kebagian tugas menyiram juga.
Dengan berbaik hati nyokap menunjukkan cara menyiram yang benar. Bahwa ketika panas matahari yang sedang jatuh menghujam bumi dan mengenai tumbuhan di dalam pot (LEBAY!) maka siramnya jangan sampe kena daunnya. Nanti kebakar. Jadi inget vampire kalo begini jadinya. Masak sih?! Benar gak sih?! Tanyakan uncle Google! Tapi berhubung gue lagi konsentrasi menyiram dan mencoba menjadi anak yang baik, dengan segala kekuatan (bulan) hati gue melakukan seperti yang dicontohkan oleh sang mama. Udah lama juga gk belajar biologi. Bodoh beut dah. Yang penting beres. Oya, baru sadar kalo beranda depan sekarang lebih rapih dan tampak menawan dengan hijaunya daun-daun tak bernama (sumpah! gue gak tahu itu nama tanamannya! dan pas gue tanya ke nyokap dia juga gak tahu! DOENG! xixixixi). Jadi kuresmikan saja namanya menjadi daun-daun tak bernama.
Ketika menyiram daun-daun tak bernama itu, gue banyak berdiam dan akhirnya terbawa merenung. Tetap berusaha menapaki alam sadar dengan berkonsentrasi ke pekerjaan gue, otak gue jadi terkorelasi oleh beberapa pemikiran, yaitu :
1. Bahwa ketika gue melakukan kegiatan siram menyiram tersebut, sebuah kesimpulan menarik menari di alam pikiran gue. Betapa gue hati-hatinya menyiram tanaman yang nyokap udah rawat-rawat baik-baik. Gue melakukan persis seperti yang nyokap instruksikan. Hal ini membuat gue sedikit tersentak ketika membandingkan dengan sebuah pola kerja ketika kita bekerja di sebuah perusahaan. Gue tuh kadang suka sebel kalo ngeliat bos-bos sebuah perusahaan yang kadang suka semena-mena dalam memberi perintah. Padahal tujuannya satu, untuk kemajuan perusahaan tentunya. Nah berkaca dari kegiatan menyiram gue tadi, bahwa ketika sudah komitmen untuk bekerja di sebuah perusahaan maka sejak itu pula kita sudah berkomitmen untuk sama-sama memajukan perusahaan itu. Tentunya tanpa mengesampingkan hak dan kewajiban kita. Tapi intinya adalah ketika bekerja dengan hati kita, menghargai usaha orang yang sudah membangun citra baik perusahaan itu adalah dengan cara ikut berpartisipasi aktif secara positif untuk perusahaan itu juga dan demi kesuksesan bersama juga. Dan percayalah, kita pasti kecipratan untungnya juga. Jiahh! Teori sih memang. Tapi gapapalah, setidaknya gue sudah mulai memahami apa arti bekerja sebenarnya. Bekerjalah dengan otak dan hatimu. Sehingga akhirnya ada aura positif yang masuk ke dalam tubuh serta jiwamu dan mungkin secara gak sadar kamu bisa menularkannya kepada orang-orang di sekitarmu. Menjaga kesuksesan yang sudah ada dan kalau perlu mengembangkannya. Mengapa tidak? Seperti gue berhati-hati menyiram tumbuhan-tumbuhan itu dengan tujuan supaya ikut terus membuatnya tumbuh dengan baik dan itu sesuai dengan apa yang nyokap gue suruh. Dan berharap apa yang gue siram nantinya juga mampu menghasilkan tumbuhan yang dapat tumbuh dengan baik pula seperti yang pernah nyokap lakukan. Mudah-mudahan ngerti ya...Hoho..gue aja bingung! Hahahaha...
hi salam kenal, aku add blog kamu di tempatku ya
BalasHapushttp://rainforesto.blog.com
aderain
waduh! lama banget kependingnya...hhahaha... :))..ok.ok. saya masukkan dirimu juga ya..
BalasHapus