Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Diana Di Desember

Aku ingat sekarang, siapa perempuan itu. Tahun lalu, masih dengan baju yang sama, dia duduk menunggu di cafe yang sama. Kali ini wajahnya begitu sendu. Tak ceria. Pandangan mata yang kosong memandang ke arah luar cafe ini. Sesekali menunduk ke secangkir kopi yang tampaknya sudah dingin. Entah sudah berapa lama disana. Tapi sepertinya sedang menunggu seseorang untuk datang. Rasa ingin tahuku bertambah. Kuberanikan diri ini untuk masuk ke cafe. Mengambil posisi tak jauh darinya, raut wajah cemas dan sedih tampak lebih jelas sekarang daripada ketika diriku di luar. Tak lama seorang pelayan menghampiriku. Bertanya apa yang ingin aku pesan. Karena tak pernah masuk ke cafe ini, maka spontan kuminta secangkir kopi yang sama dengan menunjuk gadis itu. Pelayan itu mengernyitkan dahinya. Tapi kemudian tetap menuliskan pesananku. Ada apa dengan gadis ini? Mengapa magnetnya begitu kuat menarikku? Apakah karena aku penasaran apa yang dia tunggu atau apa yang membuatnya tampak sedih? Tak lama se

Yosef

pagi ini dapat kabar kalau salah seorang teman yang sudah lama tak bertemu berpulang ke haribaan Tuhan Yang Maha Penyayang. perasaan saya jujur waktu mendengar kabar ini sebenarnya biasa saja karena buat saya kematian hanyalah hal yang wajar untuk sesuatu yang hidup. saya selayaknya muslim hanya cuma bisa mengucapkan innalillahi. mungkin karena kedekatan saya dengan teman itu tidak terlalu seperti dengan teman-teman sekarang. awalnya juga tidak terlalu percaya tapi kemudian salah seorang konfirmasi kalau berita itu benar adanya melalui pesan-pesan yang tercantum di halaman facebook almarhum. agak aneh juga karena saya sudah tidak terlalu bersentuhan dengan facebook. kemudian sambil mencari kebenaran tentang berita itu, saya membuka halaman facebook saya dan menemukan salah seorang teman dekat almarhum membuat post pesan ke halaman facebook almarhum. maka konfirmlah saya, jika almarhum sudah tidak ada. kemudian secara tidak langsung, memori saya memutar kembali bayangan-bayangan masa la

Suddenly Blue

Sudd enly Bl ue Ada jaket biru, tas biru, dan oh tidak, bukan pikiran yang biru. Tiba-tiba semua biru. Suddenly blue. And you are coming through that door. Membuatku terpaksa membuka mata ini yang masih terlalu lelah. Magic. “Hello, ups, maaf.” Oh, darling, saya tidak akan pernah memaafkan siapapun yang membangunkanku. Tapi tidak denganmu. Ada yang biru, suddenly blue. Begitu hening, membunuh 2,3 tarikan nafas, berhenti. Sejak kapan, aku lupa pernah memiliki perasaan ini. Sejak kapan kamu berdiri disitu. Mungkin beberapa menit yang lalu, kau sudah datang diam-diam, menatapku yang terlelap. Menyentuh wajahku, mendengarkan desah nafasku, memelukku melalui tatapan itu.  Yah, tatapan itu sekarang. Persis seperti sekarang. “Hello, are you okay, buddy?” Ah, kamu membangunkanku untuk kedua kalinya. Padahal baru sekejap aku membayangkan bagaimana kau bisa tiba disini. “Oh, ya, saya baik-baik saja. Tapi bagaimana kamu masuk ke kamar ini? It was locked.” “W

Honest Words

"just take a deep breath and let yourself known that you are abandoned" Terkadang satu hal yang sangat bodoh ketika kita harus bergantung pada satu orang untuk kebutuhan apapun. Menjadi sangat sangat bodoh ketika hal itu sudah menjadi lingkaran setan dan kita hanya bisa terdiam diri untuk terus terikat, semoga tidak mati. =====================================================