Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

what is it?

Dear God, "what is it?" Kenapa coba harus melalui semua ini? is this my comfort zone? or not? "what is it?" Kenapa semua orang berpikir gue bisa padahal mereka gak tau apa apa tentang gue. What did they see in me? "what is it?" Kenapa sekarang begitu menjadi sangat rumit dipecahkan? Ketika apa yang gue ambil, semua hasilnya tetap sama. Kekecewaan dimana-mana. "what is it?" Mereka bilang gue harus sabar. Sabar apanya lagi. Sampai di batas mana? Sampai gue jadi kambing hitam? Sampai dia melihat gue "berdarah-darah" melalui semua hal yang gue sangat benci. "what is it?" I HATE SO MUCH THOSE THINGS!!!!!!!! Memangnya gak ada opsi lain selain menghindar dan hadapin ya? Berasa perang batin banget nih gue. KAMPRETTTT!!! And, noone will understand me? including you? HAH?!! God, what is it?!!!!!!! what the hell is it? answerrrrrrrrrrrrr meeee....im ANGRY!!!!

whad a day

Ada hari yang kau kira bisa ditebak dengan begitu saja. Biasanya hari yang terkait dengan rutinitas. Seperti malasnya bangun pagi, mandi, memakai baju dan sepatu, mencari angkutan kota kemudian yak! bisnya tidak ada. Sementara harus masuk kantor jam 8. Jika dilihat dari waktu tempuh maka sudah saatnya memikirkan alternatif lain. Selain alternatif kendaraan tentunya alternatif terakhir, BOLOS. Lucu sekali, karena ini hari pertama kerja setelah seminggu liburan penuh. Tapi apa daya, karena ketidaksanggupan pemerintah untuk mengadakan armada umum, boro-boro nyaman, ini bus untuk mengangkut manusia-manusia pencari kerja saja hanya 1-2 muncul dengan jeda yang sanggup membuat saya membuang hajat terlebih dahulu. Hajat besar pun itu. Astaga. Maka dengan segala ketidakberesan ini, gejala pemalas mulai memenuhi darah ini. Maka otak pun berfikir dengan bercucuran peluh (LEBAY). Yah, sudah. Kita bolos saja ya. Tapi apa kata orangtua, padahal tadi ketika pamit pergi sudah kelihatan siap perang, s

"letting go"

Dear bie, Aku tahu hal ini cepat atau lambat pasti terjadi. Anehnya, seperti orang yang melihat peperangan, aku tidak diam saat itu tapi aku masuk dan mengalaminya padahal itu sama sekali belum pernah terjadi. Lalu, aku menangis sejadi-jadinya karena rasa sakit yang begitu dalam meskipun tak ada seorang pun yang mendengarnya. Aku telah berani ambil resiko untuk menyayangimu dan saat itu juga aku telah tetapkan dalam hati untuk kehilanganmu. Jadi, ketika peperangan itu benar-benar terjadi dan menghantamku, mereka hanya seperti jarum-jarum kecil yang menusukku lalu nyerinya hilang dalam sekejap. Dan dengan begitu mudahnya, aku mampu tersenyum, tertawa kembali bersamamu dalam status yang benar-benar berbeda. Dan aku sadar, yang berjasa bukan hanya diriku sendiri tapi juga ada dirimu yang masih terlalu baik tidak menjatuhkanku dari langit kegembiraan sekaligus. Kamu baik sudah memberiku isyarat sehingga aku menyiapkan parasutku sendiri yang pada akhirnya ketika tiba di tanah, aku

ambillah dalam cintaMu

Kemudian jika kupikir aku menyesali, mungkin ya. Tapi aku hanya harus marah, menangis jika perlu setelah yang mengerti hanya Dan hanya diriku. Karena hanya aku yang merasa. Aku cuma merasa memang sudah bukan tempatku disana. Lalu dalahkah? Tidak, kupikir. Mungkin sudah cukup. Sudah cukup rasa kehilangan ini. Pelan yang pasti. Semua rapih mengikuti. Bolehkah tangis ini memenuhi istanaMu, Tuhan? Ah, ya, life will always happi when I'm with you, god... -cilandak, 01022011-

another "us"

can we just postponed this? i knew that you are in imbalance now. please, let's make another " us" so then we can make another laugh. another smile. another me. another you. another us. nothing change. apalagi rasa sayang saya. kisskisshughug selalu.